LANDASAN TEORITIS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
LANDASAN TEORITIS PENDIDIKAN DASAR
A. Pengertian Landasan Teoritis Pendidikan Dasar
Salah satu problema pendidikan dalam pengembangannya adalah foundational problems, istilah ini diartikan sebagai alas, landasan sebagai dasar atau tumpuan. Fondasi sebagai alas atau pijakan berdirinya sesuatu hal memilki dua sifat, ada yang bersifat material dan ada yang bersifat konseptual. Suyitno dalam Muhaimin mengemukakan bahwa fondasi/landasan yang bersifat material antara lain berupa landasan pacu pesawat terbang (bangunan yang kokoh), sedang fondasi/landasan pendidikan yang bersifat konseptual/teori antara lain berupa dasar Negara Indonesia yaitu “Pancasila dan UUD 1945, Sisdiknas, Peraturan Pemerintah tentang pendidikan, dan sebagainya. Landasan dan asas tersebut sangat penting karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu (Junaid, 2012: 8). Jadi, dapat disimpulkan bahwa landasan teoritis pendidikan dasar adalah suatu dasar atau pedoman teoritis yang dijadikan titik tolak dalam menjalankan dan mengembangkan praktik pendidikan di tingkat pendidikan dasar yakni dalam jenjang Sekolah Dasar (SD) dan bentuk sekolah lain yang sederajat.
B. Macam-Macam Teori Belajar
1. Teori Kognitivisme
Teori kognitif ini dipelopori oleh Piaget. Teori ini melibatkan proses penerimaan, pemahaman dan penggunaan pengetahuan. Pengetahuan akan terbentuk dengan melakukan pengamatan. Pengamatan akan menghasilkan pembentukan konsep, yaitu ide spesifik tentang sesuatu kelompok atau pengalaman. Hasil berbagai konsep akan memberi pengalaman yang baru kepada seseorang dalam menyelesaikan masalah yang baru dalam membentuk implikasi terhadap pembelajaran melalui pendekatan kognitif. Tokoh lain: Ausubel, Gestalt, dan Gagne.
2. Teori Humanisme
Abraham Maslow dan Carl Rogers merupakan dua orang pakar dalam teori humanistik. Teori ini mementingkan kesediaan moral dan potensi pelajar. Di samping itu, teori humanistik ini juga memfokuskan kepada perkara-perkara yang berkaitan secara langsung dengan individu, keunikan diri sendiri bagi seseorang individu dan juga kepentingan kemanusiaan terhadap individu.
Dalam teori humanistik, beberapa andaian yang telah dibuat yaitu manusia mempunyai keperluan dan keperluan asas. Sekiranya keperluan dan keperluan asas dipenuhi sepenuhnya maka secara langsung individu dapat memotivasi individu sendiri ke peringkat yang lebih tinggi yaitu mencapai tahap kesempurnaan diri. Ini disokong oleh teori hierarki kebutuhan Maslow (1984) yang menyatakan bahwa jika keperluan psikologi tidak dipenuhi oleh individu maka jiwa seseorang tersebut akan terganggu dan tidak tenteram.
3. Teori Konstruktivisme
a. Pengertian Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah sebuah teori tentang apa yang diketahui dan bagaimana anak menjadi tahu. Banyak konstruktivi ucs percaya bahwa anak menciptakan pengetahuannya sendiri dan guru hanyalah seorang fasilitator. Anak masuk sekolah dengan membawa pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. Pengetahuan dan pengalaman ini sering dianggap tidak valid sehingga anak harus memproses informasi baru tanpa guru memaksakan informasi dan kontennya untuk mendapatkan pengetahuan yang valid dan lengkap. Tugas guru menciptakan lingkungan dimana siswa dapat benar-benar mengeksplorasi pengetahuannya. Dalam kelas konstruktivis, peran guru adalah untuk mengatur informasi dan konsep menggunakan berbagai strategi seperti pertanyaan, pemeriksaan, keterlibatan, mengeksplorasangkan wawasan baru. Selain itu, guru juga dapat menggunakan stategi dengan memecahkan konsep dan mengizinkan sisa untuk menjawab pertanyaan, membentuk percobaan sendiri, menganalisis simpulan sendiri, dan kembali dengan kesimpulan mereka masing-masing (Seimears : 2012).
Jadi teori konstruktivisme adalah teori yang menyatakan bahwa anak membangun konsep melalui pengalamannya sendiri atau diri sendiri. Dalam penerapannya teori ini membutuhkan inovasi dan kreatifituas dari pendidik, karena apabila diterapkan secara utuh terori ini akan membutuhkan waktu yang lama.
b. Pandangan Konstruktivisme tentang Belajar dan Pengetahuan
Menurut pandangan teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari anak untuk mengonstruksikan makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki sehingga pengertiannya menjadi berkembang dan anak mampu menciptakan sendiri pengetahuannya yang baru (Sardiman A.M., 2007 : 75 -76).
Contoh penerapan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran adalah anak belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima anak, campuran anak berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anak tetap berada dalam kelompoknya selama beberapa minggu. Mereka diajarkan keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, selama kerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang ditugaskan guru dan saling membantu teman sekelompok mencapai ketuntasan belajar (Trianto, 2010 : 75).
4. Teori Behaviorisme
a. Deskripsi Teori Belajar Behaviorisme
Behaviorisme adalah suatu studi tentang tingkah laku manusia. Behaviorisme dapat menjelaskan perilaku manusia dengan menyediakan program pendidikan yang efektif. Fokus utama dalam konsep behaviorisme adalah perilaku yang terlihat dan penyebab luar menstimulasinya. Menurut teori behaviorisme belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar jika dapat menunjukkan perubahan perilaku (Zulhammi, 2015).
b. Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik
Ciri-ciri teori belajar menurut Novi Irwan Nahar (2016) yaitu sebagai berikut.
Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman-pengalaman batin dikesampingkan serta gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.
Kedua, segala perbuatan dikembalikan mepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan tanpa sadar yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi tidak sadar terhadap suatu aksi.
Ketiga, behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang sama. Menurut behaviorisme, pendidikan adalah maha kuasa, manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek keinginan hati. Tokoh2nya: Thornedike, Pavlov, Watson, Skinner.