LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN SD
1. Landasan Filosofis
Filsafat menurut Nikunja (2015: 2) adalah Philosophy is the study of general and fundamental problems concerning matters such as existence, knowledge, truth, beauty, law, justice, validity, mind, and language. Moreover, philosophy is rationally thinking, of a more or less systematic kind about the general nature of the world – metaphysics or theory of existence, the justification of belief - epistemology or theory of knowledge, and the conduct of life – ethics or theory of value.
Filsafat adalah studi umum dan masalah mendasar mengenai hal-hal seperti keberadaan, pengetahuan, kebenaran, keindahan, hukum, keadilan, validitas, pikiran, dan bahasa. Lebih dari itu, filsafat adalah pemikiran rasional tentang sifat umum dunia-metafisika atau teori eksistensi, pembenaran keyakinan-- epistemologi atau teori pengetahuan, dan perilaku hidup-etika atau teori nilai.
Adapun ciri-ciri filsafat menurut Nikunja (2015: 4) adalah sebagai berikut.
- Filsafat adalah seperangkat pandangan atau keyakinan tentang kehidupan dan alam semesta yang sering diadakan tidak kritis.
- Filosofi adalah proses merenungkan dan mengkritik konsepsi dan keyakinan kita yang paling mendalam.
- Filosofi adalah upaya rasional untuk melihat dunia secara keseluruhan dan keyakinan.
- Filsafat adalah analisis logis bahasa dan klarifikasi makna kata dan konsep.
- Filsafat adalah sekelompok masalah abadi yang menarik minat orang, kemudian filsuf selalu mencari jawaban.
Upaya mencari jawaban atau solusi bagi mereka telah melahirkan teori dan sistem pemikiran, seperti idealisme, realisme, pragmatisme, analitik filsafat, eksistensialisme, fenomenologi, dan filsafat proses. Filsafat juga berarti berbagai teori atau sistem pemikiran yang dikembangkan oleh para filsuf besar - Socrates, Plato, Aristoteles, Agustinus, Aquinas, Descartes, Spinoza, Locke, Berkeley, Kant, Hegel, Nietzsche, Royce, James, Dewey, Whitehead, dan lainnya. Tanpa orangorang ini dan filosofi pemikiran mereka tidak akan memiliki banyak konten seperti yang ada saat ini. Meskipun kita mungkin tidak sadar akan fakta itu, kita terus dipengaruhi oleh ide-ide yang telah datang kepada kita dalam tradisi masyarakat.
2. Filsafat Pendidikan
Webster mendefinisikan pendidikan sebagai proses mendidik atau mengajar. Mendidik lebih jauh didefinisikan sebagai untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, atau karakter. Jadi, tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, atau karakter siswa.
Di zaman modern pendidikan telah memperoleh dua nuansa makna yang berbeda yaitu:
- Instruksi kelembagaan, diberikan kepada siswa di sekolah perguruan tinggi secara formal; dan
- Ilmu pedagogis, dipelajari oleh siswa pendidikan
3. Landasan Filsafat Pendidikan
Menurut Pidarta (dalam Abdul Kadir, 2012) filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke akar-akarnya mengenai pendidikan. Filsafat disini dapat berarti terbatas dan tidak terbatas. Bila berarti terbatas, filsafat akan membatasi diri akan hal tertentu saja. Bila berarti tidak terbatas, filsafat akan membahas segala sesuatu yang ada di alam ini yang sering dikatakan filsafat umum. Filsafat yang terbatas ialah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni, dll. Sejalan dengan Pidarta, Nikunja (2015: 23) mengatakan bahwa, filosofi dan pendidikan memiliki kaitan yang sangat erat. Filosofi adalah jalan keluar dan pendidikan mengikutinya. Tanpa filosofi, pendidikan menjadi upaya yang buta arah. Tanpa pendidikan, filosofi akan menjadi pincang. Semua permasalahan pendidikan dapat dijawab dengan menggunakan filosofi, seperti mengapa anak harus mendapat pendidikan? Siapa yang memberikan pendidikan? Dimana memperoleh pendidikan? Bagaimana metode yang baik digunakan untuk mendidik? Dan kapan pendidikan itu diberikan (motivasi)?
Filosuf pendidikan, John Dewey, berpandangan bahwa pendidikan itu proses memanusiakan manusia. Sebagaimana dikuatkan oleh Bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan itu merupakan proses saling Asah, Asih, dan Asuh yang berorientasi pada Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Pendidikan pada suatu negara berorientasi pada kepentingan bangsa dan negara itu sendiri sehingga muncul pendidikan nasional. Adapun fokus pendidikan abad ke-21 menurut UNESCO yaitu meliputi 4 (empat) pilar pendidikan:
- Learning to know/ belajar untuk mengetahui,
- Learning to do/ belajar untuk melakukan,
- Learning to be/ belajar untuk menjadi, dan
- Learning to live together/ belajar untuk hidup bersama.
4. Landasan Filosofis Pendidikan Indonesia
Menurut Sikun Pribadi (ISPI, 1989) Filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat pedidikan tidak boleh bertentangan dengan filsafat. Filosofi pendidikan Indonesia bertitik tolak dari akar budaya nasional Indonesia dengan refleksi histori bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki filsafat umum atau filsafat negara yaitu Pancasila. Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi semangat dalam berkarya pada segala bidang, dan mewarnai segala segi kehidupan dari hari ke hari.
5. Landasan Filosofis Pendidikan Negara Asing
a. Di Sparta (Yunani Kuno)
Sparta adalah negara yang banyak mengalami peperangan. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan warga negara yang mempunyai tubuh yang kuat untuk mempertahankan negaranya. Tujuan pendidikan adalah pembentukan warga negara yang kuat fisiknya.
b. Di Eropa Barat
Sebelum abad 19, pengaruh nasioanalisme sangat kuat. Pandangan ini menyatakan manusia adalah makhluk berpikir atau berakal (homo sapiens). Orang sangat menjunjung tinggi akal, akal teoritis maupun akal praktis. Akal manusia menghasilkan pengetahuan. Pandangan ini berpendapat bahwa akal dan pengetahuan maha kuasa. Implikasi pandangan ini ialah pendidikan sanagat menjunjung tinggi pengaruh pengetahuan dan akal. Nilai ini merupakan norma bagi pelakasanaan pendidikan.
c. Amerika Serikat
John Dewey dari Amerika Serikat, terkenal dengan pragmatisme, suatu filsafat pendidikan yang mengutamakan pengalaman. Pandangan ini mempunyai norma, bahwa kebenaran terletak pada kenyataan yang praktis. Metode inkuiri dan memberi latihan adalah metode yang tepat digunakan, pengalaman adalah yang utama. Pandangan inilah yang mendasari pendidikannya.
d. Di Indonesia, filsafat pendidikan pancasila.
Dalam kehidupan bangsa Indonesia, diakui bahwa nilai pancasila adalah pandangan hidup /filsafat hidup yang berkembang dalam sosial budaya Indonesia. Nilai Pancasila dianggap nilai dasar dan puncak bangsa sekaligus tujuan hidup bangsa. Maka pengakuan atas kedudukan pancasila sebagai filsafat adalah wajar. Pancasila sebagai dasar sistem pendidikan Indonesia sehingga dijadikan norma /kriteria untuk pelaksanaan pendidikan.
6. Implikasi Filsafat Pendidikan Pancasila
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sekolah sebagai lembaga formal berkewajiban membantu peserta didiknya hidup sesuai agama yang diyakininya. Di samping itu sekolah juga mengembangkan sikap saling menghormati, kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya serta tidak memaksakan suatu agama kepada orang lain.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila ini berarti menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan berani membela kebenaran dan keadilan. Atas dasar inilah negara Indonesia turut berusaha mencapai perdamaian dunia dan ikut mengembangkan bangsa lain yang ditimpa bencana atau musibah.Sekolah bertanggung jawab untuk menanamkan sikap-sikap tersebut kepada muridnya. Upaya dapat dilakukan dengan berbagai macam kegiatan misalnya:
- Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya menghargai, adil dan memperlakukan peserta didik secara wajar sebagai individu yang punya kelebihan dan keterbatasan.
- Melalui mata pelajaran, pengembangan aspek afektif sebagai salah satu aspek kepribadian. Terutama pada mata pelajaran agama dan PKn Melalui mata pelajaran, yang membicarakan masalah-masalah dunia serta hubungan internasional seperti pelajaran IPS.
- Melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti kegiatan pramuka dan gotong royong.
c. Persatuan Indonesia
Sekolah merupakan lembaga yang utama memupuk rasa kebangsaan. Sila ini dapat dikembangkan pada murid melalui beberapa cara antara lain:
- Mengaitkan setiap mata pelajaran dengan rasa cinta terhadap persatuan terutama pada mata pelajaran PKn, IPS, dan Bahasa Indonesia.
- Memperingati hari-hari kebangsaan, upacara bendera, sumpah pemuda, dan peristiwa-peristiwa lainnya. Yang penting ditekankan adalah menanamkan perasaan kesatuan bangsa.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa-siswa untuk mengemukakan pendapat, misalnya dalam menetapkan peraturan yang akan dibuat, dalam perencanaan bahan pelajaran dan tentang kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan. Penggunaan metode diskusi dalam kelompok, metode tanya jawab memberi kesempatan yang banyak kepada siswa untuk melatih diri menerapkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam sila ini. Guru hendaknya memberi kebebasan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapat dan kebebasan untuk bergerak dalam mengerjakan tugas. Kebebasan disini maksudnya adalah kebebasan yang terbatas, dimana disiplin dan aturan tetap diperhatikan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Di sekolah perlu dipupuk dan dikembangkan sikap suka menolong, suka bekerja keras dan bekerja sama serta menghargai karya orang lain yang memberi manfaat untuk kesejahteraan bersama. Bekerja kelompok merupakan wadah yang paling baik untuk menanamkan sikap kebersamaan, bekerja untuk mencapai tujuan bersama.